Minggu, 31 Oktober 2010

Investasi di Properti Harus yang Demand-nya Tinggi

Banyak faktor yang bisa ditengok dalam berinvestasi di instrumen properti. Salah satunya adalah permintaan (demand) yang tinggi terhadap produk properti di suatu lokasi. Permintaan memang erat terkait dengan aspek lokasi.
Jika lokasinya strategis maka bisa dipastikan, entah kita mau sewa atau jual produk tersebut peminatnya bakal antri bak membeli kacang goreng. Demikian tips yang disinggung oleh salah seorang agen properti Ray White area Kemang dan Cikarang, Arrie.

Lantas, di manakan lokasi yang memiliki demand tinggi itu? Menurut agen yang menjabat sebagai Principal ini, daerah-daerah yang dia “kuasai” seperti Kemang dan Cikarang, Bekasi adalah di antara daerah yang memiliki demand tinggi, apalagi pertumbuhannya juga terus meningkat. “Memang, biasanya orang melihat dari sisi lokasi, dari situ pasti demand-nya akan tinggi dan penjualannya juga cepat. Baru kemudian dilihat fasilitas yang ada di dalamnya. Kalau lokasi di Cikarang fasilitasnya komplit seperti dari sisi lifestyle dan entertainment-nya. Begitu juga di Kemang. Orang sudah tahu, ini adalah daerah prime, selama makin banyak fasilitas untuk lifestyle dan entertainment pasti banyak investor, terutama para ekspatriat yang suka,” papar Arrie tentang kawasan yang ia tawarkan itu.

Kemang sebagai daerah yang ekseklusif tentu dari aspek market juga lebih menyasar ke midle up, dengan produk landed house yang tipe-tipe elit. Dengan fasilitas entertainment yang super lengkap, banyak artis dan orang-orang berduit yang membeli atau menyewa properti di sana. Seperti di daerak Kemang Kemcik, atau food festivalnya. “Apalagi di Kemang ini sudah dipercaya banyak artis, seperti Cinta Laura, Zaskia Mecca, atau Dewi Persik. Mereka suka tinggal di sini, karena memang cocok dengan dunia entertainment-nya,” imbuh dia soal pengelamannya menawarkan produk properti ke banyak artis.

Sedang untuk Cikarang, selain hunian perumahan juga produk properti seperti industri (pabrik) juga sangat menarik. Apalagi di sana ada 2.050 pabrik. Buktinya, di lokasi perumahan sendiri demand untuk disewakan sangat tinggi, ini banyak diminati oleh karyawan asing (ekspatriat) dan end user. Serta untuk investasi di produk pabrik dan ruko juga sangat bagus, pasalnya denyut bisnis dan usaha di sana sudah berkembang.

“Jadi kalau mau investasi di kedua lokasi tersebut akan menghasilkan return yang bagus. Untuk rumah senilai Rp 5 miliar di Kemang return-nya mencapai 6-7% setahun, jadi sekitar Rp 400 juta. Sedang di Cikarang lebih gede lagi hingga 10-15%. Kalau punya uang Rp 500 juta bisa menghasilkan Rp 50 juta per tahunnya,” janji dia penuh keyakinan sambil menambahkan strategi investasi di Kemang lebih ke sewa-menyewa, bukan jual-beli, ini yang lebih menguntungkan.

Menurut Arrie, prime-nya kedua lokasi tersebut dapat dibuktikan dengan pertumbuhannya yang terus meningkat. Demand yang semakin tinggi sementara lahannya terus menyempit, membuat price-nya akan semakin menjulang. Karena itu kata Arrie, pertumbuhan di kedua lokasi ini setahunnya minimal 10-15%. “Jauh lebih tinggi dari tempat lain. Makanya ini adalah alasan saya memilih memasarkan properti di tempat ini. Sebab ke depannya hingga 20 tahun lagi masih bagus. Terlebih untuk Kemang nantinya akan diproyeksikan sebagai Bali kedua,” jelas Arrie.

Soal harganya, kata Arrie untuk hunian rumah di Kemang sewanya paling rendah 1.200 USD sebulan, atau sekitar Rp 60 jutaan setahun. Tapi untuk di Cikarang sewanya masih berkisar Rp 20-30 juta setahun. Sedang untuk pembelian, tipe rumah yang “biasa” harganya dapat mencapai Rp 3-4 miliar, tapi kalau yang high class bisa sangat tinggi menembus angka Rp 10-11 miliar.

Kemang sendiri sejauh ini sangat disukai kalangan ekspatriat. Meski ada aturan yang tidak membolehkan pihak asing menggenggam hak milik atas properti di negeri ini, tapi ada alternatif lain bagi mereka yakni hak guna atau hak pakai. Maka, sesuai dengan aturan itu banyak ekspatriat yang menyewa hunian hingga 25 tahun.

Selain produk properti seperti rumah (landed house), ruko, atau pabrik, pihaknya juga terlibat untuk memasarkan produk hunian apartemen kendati untuk kedua daerah tersebut pasar yang dibidiknya berbeda. Kemang lebih menyasar ke high class sedangkan Cikarang masih untuk kalangan menengah. Arrie mengaku banyak orang saat ini terutama kalangan artis dan ekspatriat lebih memilih untuk menggunakan apartemen karena memiliki banyak kemudahan. Bahkan untuk Kemang pihaknya juga terlibat untuk memasarkan salah satu mega proyek super blok, Kemang Village.

“Saat ini jenis apartemen sudah berbeda, tidak lagi single apartment melainkan sudah terintegrasi dengan area komersial seperti mall, city walk, bahkan di dalamnya sendiri ada taman. Jadi akan feel like home. Apalagi produk Kemang Village ini menurut saya bagus. Karena pengembang Lippo ini komitmennya tinggi, kalau sudah dijanjikan pasti akan dibangun. Dan buktinya responnya juga cukup positif. Jadi ini potensinya bagus,” kata dia. “Yang jelas investasi di properti ini sangat menguntungkan, karena risikonya kecil. Ibaratnya, investasi di properti masih ada ‘bangkainya’. Karena harga di properti selamanya akan naik.”

BISA BERPERAN SEBAGAI PENGUSAHA
Dengan menjajakan produk properti di kedua lokasi yang prime itu, pihak Ray White yang dikomandoinya pun tentu mendulang untung segunung. Betapa tidak, hampir smua produk yang ditawarkanya laris manis. Bahkan telah melampaui target penjualan yang pernah dicanangkannya. “Di Kemang melonjak dua kali lipat dari target, di Cikarang malah terlampaui sampai tiga kali lipat. Jadi tergantung orang sekarang lagi butuh apa? Di Kemang orang lagi butuh apartemen dan town house, jadi penyewaan di produk itu lagi in. Cuma di Cikarang orang lagi butuh seperti ruko dan industri. Makanya untuk penjualan properti Ray White di Jabodetabek, top sell-nya ada di Ray White Lippo Cikarang,” tegas dia.

Dikemukakan Arrie, hasil yang dicapai oleh timnya ini tak lepas dari kepercayaan dari konsumen kepada agen Ray White. Mungkin semua orang sudah mafhum, kalau keunggulan dari Ray White adalah soal service dan pemahamannya tentang market. “Kami melihatnya, penjualan tinggi ini karena kami memberikan service yang baik, dengan begitu pasti permintaan akan repeat order. Sebab yang dilihat mereka adalah soal pelayanan terutama bagi kalangan ekspatriat, bukan seberapa besar success fee yang diberikan,” dalih dia. Ray White sendiri menawarkan success fee ke klien sebesar 3% untuk penjualan dan 5% untuk penyewaan.

Sedang soal menguasai market, menurut Arrie, bisa dilihat dari perannya sebagai konsultan properti kala menawarkan produk ke investor. Pasalnya tak semua investor paham dengan potensi dan peluang terhadap properti yang ingin diinvestasikannya. “Makanya seorang agen harus pandai membaca peluang, kepada investor dia bisa berlaku sebagai konsultan, menerangkan peluang dan potensi investasi di properti. Apalagi dengan bisa membaca peluang itu, untuk agen yang profesional dan sudah mampu terkadang berlaku juga sebagai investor. Ketika ada produk yang bagus sebelum mendapat peminatnya, dia akan talangi untuk kemudian dijualnya (kembali),” papar dia.

Ke depan Arrie juga ingin membuka beberapa titik di Selatan Jakarta untuk dia tawarkan ke konsumen. Apalagi masyarakat juga sudah sangat percaya dengan agen Ray White. Mereka berani membayar lebih yang penting dapat kenyamanan. Untuk itu, dirinya menyambut positif soal akan diberlakukannya regulasi tentang keagenan yang berlisensi. Ini sebuah kebijakan yang positif yang ke depannya bakal lebih menghidupkan dunia investasi di properti. “Jadi nantinya hanya agen-agen yang berlisensi yang boleh menawarkan produk properti. Sehingga ke depannya keagenan kita akan seperti di Singapura,” pungkasnya.
(fileinvestasi.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar