RUMAH UNIK BERHIASKAN GAMBAR WARNA WARNI TERLIHAT KONTRAS DI PINGGIRAN KALI, MENARIK HATI UNTUK SELALU MELIHATNYA DARI ATAS SEBUAH JEMBATAN. SEBUAH PERKAMPUNGAN UNIK BUATAN ROMO MANGUN, DI PINGGIR KALI CODE, YOGYAKARTA.
Yogyakarta, 22 Agustus 2006, setiap kali saya pergi ke Yogyakarta, saya selalu melintasi jembatan ini. Saya sendiri tidak tahu nama jembatan tersebut. Saya sering menyebutnya jembatan kali code, karena melintas di atas kali code, Yogyakarta.
Menemukan kampung ini tidak terlalu sulit karena hampir dari segala arah di kota Yogya dapat mencapainya. Menemukan perkampungan Romo Mangun ini ternyata lebih mudah daripada mencari tempat parkir untuk menuju kesana. Beruntung saya hanya menggunakan sepeda motor, sehingga lebih mudah mencari areal parkir. Akhirnya saya parkir sepeda motor di salah satu rumah makan Padang yang terletak tidak jauh dari perkampungan tersebut.
Di ujung jembatan saya mendapatkan nama jembatan yang sering saya lintasi itu. Jembatan Jendral Sudirman. Tepat disebelah jembatan terdapat jalan masuk menuju perkampungan kali Code. Jalan menurun dengan anak tangga yang lumayan curam. Pada sisi kanan sebelah jalan masuk, terdapat sebuah gambar rumah-rumah panggung dan tulisan kampungku. Seakan sebagai sambutan bagi orang-orang yang berkunjung ke kampung tersebut. Perkampungan tersebut terletak di kelurahan Kota Baru, Kecamatan Gondokusuman, Kotamadya Dati II Yogyakarta.
Siang itu, suasana perkampungan terlihat sepi, mungkin sebagian besar penduduknya sedang mencari nafkah. Setelah menapaki jalan turun yang cukup melelahkan tibalah saya disebuah area yang cukup luas. Seorang ibu sedang duduk santai sementara anak perempuannya sedang asyik bermain congklak. Seorang penjual bakso keliling juga sedang mangkal disana. Sayapun ikutan duduk-duduk melepas lelah. Didepan saya terdapat sebuah rumah panggung terbuka bertuliskan balai serba guna. Dipacu oleh rasa ingin tahu saya pun minta ijin pada ibu itu untuk melihat-lihat kedalam balai.
Balai serbaguna, seperti rumah panggung tanpa pintu, disebelah kanan dan kiri terdapat rak-rak buku kaca yang menempel pada sisi dinding kanan dan kiri. Ada beberapa hasil karya anak-anak disana. Beberapa buku tertumpuk di rak. Dan beberapa rak lainnya masih kosong. Sebuah bangku panjang terdapat diruangan ini. Ini adalah ruangan yang digunakan penduduk kampung tersebut untuk melakukan pertemuan-pertemuan, arisan atau bahkan kegiatan anak-anak di kampung itu.
Tidak banyak informasi yang bisa saya peroleh disana, si ibu telah pergi. Saya pun kembali menyusuri kampung ini. Perkampungan yang padat, namun kebersihannya sangat terjaga. Warna-warni rumah yang kontras membuat nuansa tersendiri perjalanan saya siang itu. Tibalah saya tepat dipinggir kali code. Kali yang luas, airnya jernih dan mengalir. Beberapa orang terlihat sedang memancing ikan ditengah kali. Dan diatas saya, jembatan Jend. Sudirman. Ditempat ini saya bertemu dengan bapak Suwarno yang sedang menuju antrian untum mandi di WC umum. Sambil menunggu antrian, saya berbincang-bincang dengan bapak ini.
Pak Suwarno, sudah tinggal di bantaran kali Code sejak tahun 1976. Bersama Romo Mangun, beliau ikut serta membangun rumah-rumah perkampungan unik kali Code. Saat ini tercatat 38 KK yang tinggal di bantaran kali ini. Rumah-rumah asli yang dirancang oleh Romo Mangun hanya tinggal beberapa saja disana termasuk balai serbaguna yang saya lihat tadi. Sebagian besar rumah sudah direnovasi sehingga bentuk aslinya sudah tidak terlihat.
Sama seperti perkampungan dibantaran kali di Jakarta, mayoritas penduduknya bekerja mulai dari pemulung, pedagang, bahkan ada yang melacurkan diri. Namun Romo Mangun telah berhasil membimbing penduduk bantaran kali tersebut sehingga mereka mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Bahkan saat ini seorang sarjana telah lahir dari perkampungan tersebut. Sesuatu yang sangat membanggakan.
Saat ini Romo Mangun telah tiada. Rumahnya pun telah ditempati orang lain. Saya sempat melintasinya. Perkampungan padat ini begitu lengkap. Ada rumah penduduk, WC umum yang bersih dan terjaga, sarana untuk pertemuan warga, bahkan lapangan bermain untuk anak-anak. Sebuah konsep penataan kampung minimalis yang sempurna.
Hari sudah menjelang sore, setelah saya puas menikmati sore saya disana, saya pun pulang. Pak Suwarno sudah sejak tadi menikmati mandi sorenya. Jalan kampung yang menanjak dan kadang menyempit tak terasa mengganggu ketika melihat disamping kanan dan kiri ada gambar-gambar lucu dan inspiratif pada dinding rumah selama perjalanan. Gambar-gambar yang dilukis oleh mahasiswa-mahasiswa KKN yang datang ke kampung ini. Sebuah sore yang indah.
Yogyakarta, 22 Agustus 2006, setiap kali saya pergi ke Yogyakarta, saya selalu melintasi jembatan ini. Saya sendiri tidak tahu nama jembatan tersebut. Saya sering menyebutnya jembatan kali code, karena melintas di atas kali code, Yogyakarta.
Menemukan kampung ini tidak terlalu sulit karena hampir dari segala arah di kota Yogya dapat mencapainya. Menemukan perkampungan Romo Mangun ini ternyata lebih mudah daripada mencari tempat parkir untuk menuju kesana. Beruntung saya hanya menggunakan sepeda motor, sehingga lebih mudah mencari areal parkir. Akhirnya saya parkir sepeda motor di salah satu rumah makan Padang yang terletak tidak jauh dari perkampungan tersebut.
Di ujung jembatan saya mendapatkan nama jembatan yang sering saya lintasi itu. Jembatan Jendral Sudirman. Tepat disebelah jembatan terdapat jalan masuk menuju perkampungan kali Code. Jalan menurun dengan anak tangga yang lumayan curam. Pada sisi kanan sebelah jalan masuk, terdapat sebuah gambar rumah-rumah panggung dan tulisan kampungku. Seakan sebagai sambutan bagi orang-orang yang berkunjung ke kampung tersebut. Perkampungan tersebut terletak di kelurahan Kota Baru, Kecamatan Gondokusuman, Kotamadya Dati II Yogyakarta.
Siang itu, suasana perkampungan terlihat sepi, mungkin sebagian besar penduduknya sedang mencari nafkah. Setelah menapaki jalan turun yang cukup melelahkan tibalah saya disebuah area yang cukup luas. Seorang ibu sedang duduk santai sementara anak perempuannya sedang asyik bermain congklak. Seorang penjual bakso keliling juga sedang mangkal disana. Sayapun ikutan duduk-duduk melepas lelah. Didepan saya terdapat sebuah rumah panggung terbuka bertuliskan balai serba guna. Dipacu oleh rasa ingin tahu saya pun minta ijin pada ibu itu untuk melihat-lihat kedalam balai.
Balai serbaguna, seperti rumah panggung tanpa pintu, disebelah kanan dan kiri terdapat rak-rak buku kaca yang menempel pada sisi dinding kanan dan kiri. Ada beberapa hasil karya anak-anak disana. Beberapa buku tertumpuk di rak. Dan beberapa rak lainnya masih kosong. Sebuah bangku panjang terdapat diruangan ini. Ini adalah ruangan yang digunakan penduduk kampung tersebut untuk melakukan pertemuan-pertemuan, arisan atau bahkan kegiatan anak-anak di kampung itu.
Tidak banyak informasi yang bisa saya peroleh disana, si ibu telah pergi. Saya pun kembali menyusuri kampung ini. Perkampungan yang padat, namun kebersihannya sangat terjaga. Warna-warni rumah yang kontras membuat nuansa tersendiri perjalanan saya siang itu. Tibalah saya tepat dipinggir kali code. Kali yang luas, airnya jernih dan mengalir. Beberapa orang terlihat sedang memancing ikan ditengah kali. Dan diatas saya, jembatan Jend. Sudirman. Ditempat ini saya bertemu dengan bapak Suwarno yang sedang menuju antrian untum mandi di WC umum. Sambil menunggu antrian, saya berbincang-bincang dengan bapak ini.
Pak Suwarno, sudah tinggal di bantaran kali Code sejak tahun 1976. Bersama Romo Mangun, beliau ikut serta membangun rumah-rumah perkampungan unik kali Code. Saat ini tercatat 38 KK yang tinggal di bantaran kali ini. Rumah-rumah asli yang dirancang oleh Romo Mangun hanya tinggal beberapa saja disana termasuk balai serbaguna yang saya lihat tadi. Sebagian besar rumah sudah direnovasi sehingga bentuk aslinya sudah tidak terlihat.
Sama seperti perkampungan dibantaran kali di Jakarta, mayoritas penduduknya bekerja mulai dari pemulung, pedagang, bahkan ada yang melacurkan diri. Namun Romo Mangun telah berhasil membimbing penduduk bantaran kali tersebut sehingga mereka mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Bahkan saat ini seorang sarjana telah lahir dari perkampungan tersebut. Sesuatu yang sangat membanggakan.
Saat ini Romo Mangun telah tiada. Rumahnya pun telah ditempati orang lain. Saya sempat melintasinya. Perkampungan padat ini begitu lengkap. Ada rumah penduduk, WC umum yang bersih dan terjaga, sarana untuk pertemuan warga, bahkan lapangan bermain untuk anak-anak. Sebuah konsep penataan kampung minimalis yang sempurna.
Hari sudah menjelang sore, setelah saya puas menikmati sore saya disana, saya pun pulang. Pak Suwarno sudah sejak tadi menikmati mandi sorenya. Jalan kampung yang menanjak dan kadang menyempit tak terasa mengganggu ketika melihat disamping kanan dan kiri ada gambar-gambar lucu dan inspiratif pada dinding rumah selama perjalanan. Gambar-gambar yang dilukis oleh mahasiswa-mahasiswa KKN yang datang ke kampung ini. Sebuah sore yang indah.
(virgina.multiply.com)
3 Prinsip Dalam Mendesain Gambar Rumah Sendiri
Mempercantik Rumah Minimalis
Memilih Desain Gambar Rumah Yang Berkarakter Penghuni
Cara Terbaik Merancang Gambar Rumah Minimalis Anda
Inilah Desain Gambar Rumah Minimalis Terbaru
Gambar Interior Rumah Kayu Minimalis Modern
8 Langkah Mendesain Gambar Rumah Minimalis
Ada-ada Saja!! Gambar Rumah Terbalik
Gambar Rumah Aneh Di Atas Pohon, Sepeti Apa Ya??
Desain Gambar Rumah Minimalis Hasil Eksplorasi Arsitektur Tropis Jawa
8 Langkah Merancang Gambar Rumah Anda
Kampung Unik Di Pinggir Kali Conde Buatan Romo Mangun Wijaya
7 Langkah Mendesain Gambar Rumah Sederhana
Membuat Gambar Rumah Idaman Anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar